Runtuhnya Vietnam Selatan


A.    Latar Belakang Runtuhnya Vietnam Selatan

Perang Vietnam pecah setelah ditandatanganinya Persetujuan Jenewa tanggal 21 Juli 1954, yang membagi Vietnam menjadi dua negara yaitu, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dengan dengan batas garis demarkasi 17° Lintang Utara. Pihak Vietnam Utara menamakan negaranya Republik Demokrasi Vietnam (RDV) yang beraliran komunis dan Vietnam Selatan bernama Republik Vietnam (RV) yang beraliran nasionalis. Menurut persetujuan tersebut, pembagian Vietnam hanya bersifat sementara, karena akan disusul dengan pemilihan umum guna penyatuan kembali wilayah negara yang direncanakan pada bulan Juli 1956. Namun Pemilihan Umum tersebut tidak pernah bisa dilaksanakan


sumber : Vovworld.vn

Pihak Vietnam Selatan berkeberatan dengan alasan bahwa pemilihan umum secara bebas tidak mungkin dilaksanakan selama Vietnam Utara di bawah kekuasaan komunis. Ajakan Vietnam Utara untuk mengadakan konferensi, konsultasi guna membicarakan pemilihan umum hanyalah propaganda komunis untuk meyakinkan rakyat agar mereka diakui sebagai pemrakarsa penyatuan wilayah nasional. Vietnam Selatan juga menyatakan tidak akan mematuhi persetujuan itu, karena merasa tidak ikut menandatangani.
Dengan demikian terdapat dua Vietnam yang saling bertentangan. Akhirnya pertentangan kedua pihak Vietnam memuncak yang mengakibatkan pecahnya perang saudara. Masing-masing pihak dibantu oleh negara adidaya. Pemerintah Amerika Serikat melakukan intervensi dengan mengirimkan pasukan dan peralatan militernya ke Vietnam Selatan untuk mempertahankan negara ini dari pasukan RDV yang mendapat bantuan personel dan peralatan militer dari Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina (RRC).
Jatuhnya Vietnam Selatan pada Vietnam Utara tanggal 30 April 1975 menjadi titik awal orang Vietnam yang non komunis melakukan pengungsian ke luar dari negaranya. Pada umumnya mereka melarikan diri ke negaranegara di Asia Tenggara. Mereka meminta suaka untuk kemudian bertempat tinggal di negara ketiga melalui jasa lembaga United Nations High Commissioner for Rafugees (UNHCR). Manusia pengungsi asal Vietnam ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan “manusia perahu”. Sejak tahun 1975 Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang
Permulaan kedatangan para Pengungsi Vietnam ke Indonesia dimulai sejak tanggal 22 Mei 1975.3 Khusus bagi Indonesia kedatangan para Pengungsi Vietnam ditandai untuk pertama kalinya dengan singgahnya sebuah kapal motor Pengungsi Vietnam di Pulau Laut yang terletak di bagian Utara Pulau Natuna.4 Sebagian besar dari pada mereka itu sampai dengan 1978 hanya lewat saja dalam perjalanan ke negara ke tiga, terutama Australia. Akan tetapi sebagian dari pada mereka itu memang dengan maksud untuk mendarat di wilayah Indonesia. Mungkin sebagian dengan maksud untuk menetap dan sebagian lagi untuk berusaha dari Indonesia menuju secara sah ke negaranegara maju dengan status sebagai pengungsi dengan segala fasilitasfasilitasnya
Pada bulan yang sama pengungsi Vietnam mendarat lagi di pulau laut sejumlah 12 orang, yang terdiri dari laki-laki, wanita, dan anak-anak. Berikutnya, menyusul sejumlah lebih kurang 4.000 orang pengungsi Vietnam mendarat di Kecamatan Jemaja, Kepulauan Anambas. Dari tahun 1979-1980 kedatangan pengungsi Vietnam di Pulau Jemaja lebih kurang 40.000 orang, selebihnya tersebar di berbagai pulau. Para Pengungsi Vietnam tersebar di berbagai pulau, di pulau Letung, pulau Karamon, pulau Berhala dan pulau Kuku
Mengalirnya arus pengungsi Vietnam ke negara-negara ASEAN patut diduga ada unsur kesengajaan walaupun tidak diakui oleh Pemerintah Vietnam. Pada tahap permulaan, pengungsi Vietnam mendapat perhatian besar sebagai iklan politik dan menjadi policy negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, kemudian juga Eropa dan Australia dengan prinsip kemanusiaan. Dengan prinsip tersebut negara-negara Amerika dan Eropa memberikan kemudahan suaka politik bagi pengungsi Vietnam didasarkan atas keyakinan politiknya.
Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN, ikut merasakan dampak negatif membanjirnya pengungsi Vietnam.6 Bahkan sejak timbulnya kasus 2.500 pengungsi Vietnam yang diangkut oleh kapal Hai Hong mendarat di Malaysia, Pemerintah Malaysia menganggap bahwa yang datang itu bukan pengungsi murni, tetapi rombongan imigran gelap, karena melihat jumlahnya yang besar itu mereka agaknya diorganisasi sejak sebelum keberangkatannya
Dalam upaya memecahkan masalah pengungsi Vietnam, pada bulan Februari 1979 para Menteri Luar Negeri ASEAN berkumpul di Bangkok. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan, yang dikenal dengan Statement “Bangkok 21 Februari 1979”, yang isi pokoknya adalah : Negara ASEAN setuju bekerjasama untuk saling meringankan beban dalam menangani masalah pengungsi Vietnam dengan menyiapkan tempat sebagai Pusat Pemrosesan. Fungsi dan tugas Pusat Pemrosesan adalah sebagai tempat transit pengumpulan data dalam batas waktu tertentu, sebelum diambil alih oleh negara ketiga.

A.    Tokoh Yang Terlibat Di Vietnam Selatan

1.      Ho Chi Minh

Minh di sekolahkan si sekolah Perancis, yaitu Akademi Nasional. Saat bersekolah di sini, Minh mulai bersikap kritis. Baginya sebuah hal aneh jika Perancis terkenal dengan slogan “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan”, tetapi dalam kenyataannya melakukan penjajahan di atas Indo-Cina.[5] dalam kehidupannya Minh banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor kejadian yang ada, dia sangat berfikir kritis dalam segala hal.
Minh sangat terpengaruh oleh berbagai perkembangan yang ada di negeri Cina. Minh sempat merantau hingga ke Perancis, di sana dia bekerja diantarnya menjadi juru masak. Setelah berkeliling ke berbagai negara, selama 1917-1923 Minh menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang fotografer. Pada masa inilah ia mulai secara serius mempelajari karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya.

          Akibatnya Minh mulai terjun secara langsung kedalam polik haluan kiri, dia semakin aktif dan semakin dikenal oleh orang banyak dengan sikapnya yang sangat berani menentang kekuasaan Perancis. Ho Chi Minh mulai aktif dalam kegiatan Komunis Internasional, dia mengikuti berbagai pertemuan yang ada di Rusia dan Cina. Minh nyaris kehilangan nyawanya saat gagal dalam melakukan pemberontakan terhadap Perancis, namun dia berhasil lari ke Hongkong, sejak saat itu juga Minh sering sekali mengganti namanya.
Saat Jepang menguasai Vietnam, Minh sangat menentang Fasisme, dia beranggapan bahwa Fasisme lebih berbahaya dari pada Imperialisme dan Kapitalisme, hal ini berbeda dengan golongan Nasionalis Vietnam yang lain. Mereka bekerja sama dengan Jepang, hal ini juga menyebabkan naiknya popularitas Minh dalam Masyarakat.
Pada 10 Mei 1941, di Pegunungan Marx, bersama kaum komunis Vietnam lainnya, terbentuklah Vietminh (Liga Pembebasan Vietnam). Sayap organisasi militer baru ini dipimpin oleh Jenderal Vo Nguyen Giap

2.      Ngo Dinh Diem

Diem menerima jabatan tersebut dan menyingkirkan kaisar dalam cara referendum curang pada 1955. Tak lama setelah itu Diem menyatakan dirinya sebagai Presiden Vietnam Selatan.[8] Diem yang disokong oleh Amerika melakukan pembangunan dan ingin memulihkan kondisi Vietnam Selatan dari pengaruh Komunis yang terus masuk dari Vietnam Utara.
Salah satu segi kelemahan pemerintahan Ngo Dinh Diem, terletak dalam sistem dan tata pelaksanaan politiknya. Ia sangat menyandarkan diri pada partai Can Lao, yang dipimpin oleh adiknya sendiri, yakni Ngo Dinh Nhu dan istrinya Tran Le Xuan yang sangat ambisius. Parta Can Lao itu bertindak sebagai agen rahasianya dan menguasai Gerakan Revolusi Nasional. Sekalipun saudara, tetapi banyak pandangan dan tindakan Ngo Dinh Nhu sangat berlainan dengan Ngo Dinh Diem sendiri. Sungguh sangat tercela tindakan iparnya Tran Le Xuan, yang bertindak seakan-akan menjadi Ratu Vietnam. Karena memang Ngo Dinh Diem tetap masih membujang, maka segala sesuatu mengenai rumah tangga di kediaman resminya di Saigon, diatur oleh Tran Le Xuan. Di samping itu, Tran Le Xuan dengan secara mencolok mengumpulkan banyak harta benda dan menguntungkan sanak keluarganya dengan mengankat mereka dalam jabatan negara yang penting-penting, segingga banyak menimbulkan kemasgulan

3.  Nguyen Van Thieu

Nguyen Van Thieu (lahir 1923 – meninggal 2001) adalah Presiden Vietnam Selatan dari tahun 1965-1975. Setelah periode krisis akibat kudeta terhadap Ngo Dinh Diem, Nguyen Van Thieu menjadi pemimpin Vietnam Selatan dalam perang melawan pasukan komunis Vietnam Utara.Sikap Thieu yang diktator dan tidak kompeten membuat Vietnam Utara semakin merambah wilayah Vietnam Selatan. Setelah operasi Tet pada tahun 1968, Amerika Serikat mulai melihat perang Vietnam sebagai kegagalan, dan menarik pasukannya.

A.    Keterkaitan Amerika Serikat Dengan Vietnam Selatan

Pada tanggal 19 Mei 1941, Ho Chi Minh seorang nasionalis Vietnam memmbentuk sebuah organisasi yang dinamakan Viet Minh (Liga Kemerdekaan Vietnam) yang berada dibawah kekuasaan partai komunis. Tujuan Viet Minh adalah untuk melenyapkan dominasi Perancis dan Jepang yang waktu itu mewarnai percaturan politik di Vietnam. Pada saat inilah Amerika Serikat melalui OSS (Office of Strategic Services atau Dinas Strategi) masuk untuk membantu gerilyawan anti Jepang.

Pada 2 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan berdirinya Republik Demokrasi Vietnam (RDV). Dengan basis kekuatan Ho Chi Minh berada di Vietnam Utara. Tanggal 5 Oktober 1945 Perancis berhasil menguasai kota-kota di Vietnam Selatan. Sementara kekuatan Ho Chi Minh di Utara semakin kuat. Pemerintah Perancis berusaha berunding dengan Ho Chi Minh yang berpusat di Hanoi untuk merundingkan masalah kemerdekaan dan status Vietnam. Namun mengalami kegagalan, sehingga pada tanggal 25 Januari 1954 terjadi pertempuran antara Perancis dengan pihak Ho Chi Minh yang menyebabkan Perancis mengalami kekalahan.

Ho Chi Minh mengakhiri perang dengan Perancis dengan kemenangan telak dalam pertempuran di Dien Bien Phu, 7 Mei 1954. Perancis menyerah dengan terpaksa karena pengepungan yang dilakukan oleh tentara Viet Minh, yang menyebabkan perbekalan pasukan Perancis habis. Sebanyak 9.500 pasukan Perancis ditangkap. Hal ini merupakan kekalahan paling buruk dalam sejarah colonial Perancis. Sehari setelah kemenangan itu, utusan dari Viet Minh dan Perancis berunding di Jenewa dan mereka menandatangani beberapa kesepakatan.

Kesepakatan penting dalam persetujuan Jenewa adalah bahwa untuk sementara Vietnam dibagi menjadi dua bagian yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dengan batas garis 17LU. Ho Chi Minh sebagai sebagai pemipin Viet Minh setuju dengan pembagian tersebut. Ia berprinsip “Independent and unity” (kebebasan dan persatuan), pasukan Viet Minh kemudian menyerang selatan. Perancis sebenarnya tidak rela melepaskan Vietnam. Perancis mencoba menjatuhkan Ngo Dinh Diem (Presiden Vietnam Selatan) dengan mambujuk Amerika Serikat untuk menghentikan bantuannya yang semula disalurkan melalui Perancis. Mengetahui siasat Perancis tersebut, Amerika Serikat memberikan bantuan langsung kepada Vietnam Selatan.

Menurut Amerika Serikat invansi komunis hanya bisa dibendung dengan kekuatan militer. Oleh karena itu, untuk memperkuat pertahanan Vietnam Selatan, Amerika Serikat menempatkan sejumlah 460.000 pasukan udara dan laut. Mulai tahun 1955 Amerika Serikat benar-benar menjadi pertahanan bagi Ngo Dinh Diem. Lebih dari 100 opsir di bawah Jenderal Samuel William juga didatangkan untuk melatih tentara Vietnam. Untuk menghadapi serangan dari Vietnam Utara dibentuk pasukan collective defenceyaitu pasukan gabungan antara Amerika Serikat dan Vietnam Selatan.

Setidaknya Amerika “terpaksa” terlibat lebih dalam di Perang Vietnam ini, manakala kekuatan udara yang bermarkas di Jepang dilibatkan untuk bergerak maju dan menyerang sasaran di Utara. Diawali pengerahan kekuatan udara dan pangkalan di Okinawa, Jepang untuk bergerak maju ke Danang, Vietnam Selatan pada 31 Januari 1965, Amerika mulai melibatkan jet tempur jenis F-105. Pengerahan kekuatan udara dari Tactical Fighter Wing ke 18 ini menunjukan kekhawatiran Amerika dalam menghadapi Vietnam Utara yang bersemangat bergerak ke Selatan.

Di Washington, John F. Kennedy baru menggantikan Eisenhower sebagai presiden. Sebelum menyerahkan jabatannya, Eisenhower berpesan kepada Kennedy mengenai vitalnya persoalan Indochina bagi kepentingan global Amerika Serikat dalam Perang Dingin. Apabila Vietnam Selatan sampai jatuh ke tangan kaum komunis Utara, maka seluruh Asia Tenggara juga akan ambruk. Para pembantu terdekat Kennedy kebetulan adalah tokoh bergaris keras, terutama Menlu Dean RuskMenhan Robert McNamara, dan Ketua Dewan Keamanan Nasional McGeorge Bundy. Mereka mendesak Kennedy untuk segera melakukan intervensi militer ke Vietnam. Namun negara sekutu utama, Inggris dan Perancis mengingatkan Amerika Serikat jangan terlalu jauh terlibat di Vietnam. Terutama Perancis yang sudah mengalami sendiri pahitnya menghadapi perlawanan orang Vietnam.

Posisi Kennedy pun sulit, karena Partai Republik yang merupakan lawan politiknya selalu menekankan bahwa dialah yang `akan paling bertanggung jawab’ apabila Asia Tenggara sampai hilang. Kennedy yang baru mengalami pukulan sebagai akibat kegagalan CIA dalam peristiwa penyerbuan Teluk Babi di Kuba, tidak mau mengulang kekalahan tersebut. Karena itu sekalipun dia masih sungkan untuk melakukan intervensi militer langsung, namun akhirnya Kennedy mulai mengirim personel militer Amerika ke Vietnam Selatan, dengan tugas utama sebagai penasihat/ pelatih.

      Sumber : http://warofweekly.blogspot.com

Tetapi karena pasukan VC semakin kuat dan menyebar ke seluruh Vietnam Selatan, maka jumlah personel Amerika Serikat itu pun terus ditambah, dan tugas mereka bukan lagi hanya sebagai penasihat melainkan sering ikut bertempur langsung melawan VC. Menjelang akhir 1963, jumlahnya sudah melonjak hingga 16.000 orang. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan, Presiden Kennedy mengirim penasihat Gedung Putih Walt Rostow dan penasihat milker Jenderal Maxwell D. Taylor ke Vietnam Selatan. Dalam laporannya, misi pencari fakta itu menunjukkan betapa situasi sebenarnya sudah kritis, baik kemiliteran di lapangan maupun politik di Saigon.
Mereka mengusulkan pengiriman 8.000 pasukan infanteri untuk langsung membantu menumpas gerilyawan VC di Delta Mekong yang strategis. Namun jumlah ini dianggap terlalu kecil. Menhan Mc Namara tak tanggung-tanggung mengusulkan pengiriman 200.000 pasukan. Dalam situasi seperti ini, Kennedy pun mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai “Doktrin Kredibilitas”, untuk memperlihatkan kepada kawan maupun lawan bahwa Amerika Serikat akan konsekuen dengan semua komitmen dan melaksanakannya secara tegas, sehingga Amerika Serikat dapat diandalkan. Doktrin ini sekaligus menegaskan bahwa determinasi Amerika Serikat untuk mempertahankan Vietnam Selatan sungguh-sungguh akan dijalankan. Dengan demikian kredibilitas Amerika Serikat di kancah internasional dapat diandalkan.

Namun dalam pikiran Kennedy, doktrin ini tidaklah serta merta harus berupa terlibat langsung dalam perang, melainkan membantu dengan nasihat kemiliteran, meningkatkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, mengisolasi kaum komunis agar tidak dapat berbaur ke masyarakat dengan memindahkan penduduk ke daerah-daerah aman. Namun hal ideal ini tidaklah menjadi kenyataan, karena situasi di Vietnam Selatan sudah parah. Presiden Ngo Dinh Diem dengan sikapnya yang semakin keras dan jauh dari rakyatnya sendiri, malah menjadi rintangan bagi Amerika Serikat. Karena itu, tiga minggu sebelum John F. Kennedy tewas terbunuh di Dallas pada 23 November 1963, dia mengizinkan dilancarkannya kudeta militer terhadap Ngo pada 1 November. Presiden Vietnam Selatan itu dan adiknya yang sekaligus penasihatnya, Ngo Dinh Nhu, terbunuh.


A.    Jalannya Konflik Di Vietnam Selatan

1. Awal Konflik Perang Saudara Antara Vietnam Selatan Dan Vietnam Utara Terjadi
Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam selalu menentang dan mengecam serangan pihak asing.
Sumber : https://satujam.com

Kemerdekaan Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan perubahan signifikan dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam. Pengembangan ekonomi perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis mengabaikan permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak sipil yang terus meningkat. Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh memimpin permintaan akan kemerdekaan kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun 1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Britania Raya.
Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaan tersebut ditolak dan Vietnam beserta seluruh Indochina terus menjadi jajahan Perancis.
Kelompok Viet Minh akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang. Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara ke Indochina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis. Perancis memelihara dominasi kontrol terhadap koloni-koloninya hingga Perang Dunia II, ketika perang Jepang di Pasifik memicu penyerbuan ke Indochina. Sumber daya alam Vietnam dieksploitasi untuk kepentingan kampanye militer Jepang ke Burma, Semenanjung Malay dan India. Pada tahun terkahir perang, pemberontakan nasionalis berpasukan muncul di bawah Ho Chi Minh, melakukan kemerdekaan dan komunisme. Menyusul kekalahan Jepang, pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis pada Perang Indochina Pertama yang dimulai pada tahun 1945 hingga 1954. Perancis mengalami kekalahan besar pada Pertempuran Dien Bien Phu dan dalam waktu singkat setelah itu ditarik dari Vietnam.
Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS (yang akan berubah menjadi CIA nantinya).
Pada akhir Perang Dunia II, pergerakan Viet Minh di bawah pimpinan Ho Chí Minh berhasil membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya untuk masa yang singkat saja. Pihak Jepang menangkap pemerintah Perancis dan memberikan Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai sebagian dari rancangan Jepang untuk "membebaskan" bumi Asia dari penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan kepada kelompok-kelompok nasionalis. Negara-negara yang berperang dalam Perang Vietnam membagi Vietnam pada 17th parallel menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sesuai Perjanjian Geneva (Geneva Accords).
Keberpihakan as terhadap perancis Ho Chi Minh mengharapkan bantuan Amerika untuk bisa lepas dari Perancis dan menegaskan bahwa dirinya bukan Komunis. Ho Chi Minh mengharapkan negara Amerika Serikat akan menyokong negara baru di Vietnam, walaupun negara baru itu sebuah negara di bawah pengaruh Komunis. Harapan beliau Amerika Serikat akan mengkotakan ucapan-ucapan Franklin D. Roosevelt yang menentang kolonialisme Eropa selepas Perang Dunia II. Franklin D. Roosevelt ingin agar rakyat negara-negara Dunia Ketiga menentukan nasib mereka sendiri. Ho Chi Minh pun mengirimkan surat terpisah kepada dua belas petinggi gedung putih dan juga ke komisi luar negeri senat AS agar mereka memahami atau memberi dukungan moral untuk menyuarakan perjuangannya lepas dari kolonialisme Perancis. Namun AS tidak membaca suratnya dan menolak permintaan bantuannya dan justru melibatkan diri di Vietnam dengan membantu Perancis.
Di bawah pimpinan Harry S. Truman, Amerika Serikat tidak membantah Perancis menduduki semula tanah-tanah jajahannya, termasuk Vietnam, selepas tamat perang. Amerika bahkan menawarkan ke pihak prancis dua bom atom, yang dengan penuh maaf ditolak oleh Perancis. Setelah gagal mendapatkan bantuan dari Amerika, akhirnya Ho Chi Minh berpaling mencari bantuan ke pihak Komunis (Uni Soviet dan Cina).
Ho Chi Minh berhasil mengalahkan lawannya dalam pertempuran di Dien Bien Phu, 7 Mei 1954 dengan kemenangan telak. Setelah kemenangan tersebut, diadakan perundingan di Jenewa antara pihak Viet Minh dan Perancis, dan mereka menandatangani beberapa kesepakatan. Kesepakatan penting dalam perjanjian tersebut membagi Vietnam untuk sementara waktu menjadi 2 dengan garis lintang 17 derajat sebagai batas.
Orang-orang Komunis di bawah Ho Chi Minh mendapatkan mendapatkan bagian utara, sedangakan rezim Bao Dai diberi wilayah selatan. Dalam perundingan tersebut juga disepakati tentang penyelenggaraan pemilu akan diselenggarakan dua tahun lagi untuk menyatukan kembali Negara tersebut. Amerika serikat menentang penyelenggaraan pemilu nasional karena khawatir Ho Chi Minh akan keluar sebagai pemenang. Oleh karena itu, AS menolak untuk menandatangani persetujuan Jenewa. Bagi Amerika, jika pemilu nasional diadakan bulan 1956 dan jika Viet Minh tidak berkeberatan hampir bisa akan menang. Itulah mengapa AS berusaha membekengi Vietnam selatan untuk menolak pemilu tersebut. Semua orang yang memahami masalah indocina selalu mengatakan bahwa jika pemilu diselenggarakan di masa perjuangan, kemungkinan 80 persen penduduk akan lebih memilih Ho Chi Minh sebagai pemimpin mereka.
Dalam usahanya mengalahkan Ho Chi Minh, CIA menempatkan Ngo Dhin Diem yang fasistik untuk menguasai bagian selatan. CIA pun menyebarkan propaganda buruk tentang Ho Chi Minh. Menakut-nakuti orang selatan bahwa Ho sedang mengerahkan orang-orang utara untuk menyerbu ke selatan. Informasi seperti ini diharapkan dapat turut memunculkan dorongan dari warga Amerika agar Amerika secepatnya melakukan tindakan terhadap Ho.
Pihak Komunis memang bersiap sedia untuk menyerang Vietnam Selatan, sejak sebelum Perjanjian Geneva ditandatangani. Persiapan ini dibuat sekiranya penyatuan tidak dapat dicapai melalui kemenangan dalam pilihanraya. Ho Chi Minh memerintahkan beribu-ribu orang agen Komunis untuk menyusup masuk ke Vietnam Selatan, dan menyediakan tempat tersembunyi untuk simpanan senjata.
Taktik CIA selanjutnya, yakni pada tahun 1954, CIA memanaskan situasi dengan menjalankan Operasi Phoenix sehingga pemilu nasional yang direncanakan berlangsung pada tahun 1956, sesuai dengan persetujuan Jenewa, gagal dilaksanakan. Terdapat 2 pelanggaran terhadap persetujuan Jenewa yang dilakukan oleh pihak selatan. Yang pertama, Ngo Dhin Diem, dibawah perlindungan AS melakukan pelanggaran terhadap persetujuan jenewa dengan menolak berpartisipasi pada pemilu nasional itu. Uni Soviet mengusulkan pemisahan permanen antara Vietnam utara dan Vietnam selatan, menjadi dua Negara yang diakui oleh PBB. Usul ini ditolak oleh AS yang tidak mau mengakui Vietnam yang Komunis. Pada akhirnya diadakan pemilu, namun hanya diadakan di Selatan dan peristiwa ini menandai terbentuknya Republik Vietnam (dikenal luas dengan nama Vietnam Selatan) dengan Ngo Dhin Diem sebagai presiden pertamanya. Pelanggaran yang ke dua terhadap persetujuan Jenewa dilakukan secara langsung oleh AS dengan mengirimkan penasehat-penasehat militernya untuk melatih tentara Republik Vietnam.


 A.    Berakhirnya Peristiwa Di Vietnam Selatan


23 Januari 1973: Perang Vietnam Dinyatakan Berakhir


Sumber : www.liputan6.com

Di layar televisi, Presiden Richard Nixon mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam. Amerika Serikat dan Vietnam Utara menandatangani perjanjian perdamaian di Paris, Prancis, untuk menuntaskan perang terpanjang dalam sejarah Amerika tersebut.

Kepada rakyat Vietnam Selatan, yang menjadi sekutunya, Nixon menyatakan, “Atas keberanian dan pengorbanan Anda, Anda telah memenangi hak untuk menentukan masa depan sendiri dan Anda semua telah membangun kekuatan untuk mempertahankan hak tersebut.”
Sementara itu, kepada para pemimpin Vietnam Utara, Nixon berujar, “Setelah kita mengakhiri perang melalui perundingan, mari kita bangun perdamaian dan rekonsiliasi.”
Perang benar-benar selesai secara efektif sejak Sabtu tengah malam, 27 Januari 1973. Untuk memonitornya, diturunkan pasukan penjaga perdamaian PBB dari Kanada, Polandia, Hungaria, dan Indonesia. Tentara terakhir Amerika meninggalkan Hanoi pada 29 Maret 1973. Pada kenyataannya, sampai beberapa bulan usai kesepakatan perdamaian, bentrok senjata masih kerap terjadi.
Amerika terlibat perang itu sejak 1967 atau sepuluh tahun setelah konflik berkobar. Mereka berpihak pada Vietnam Selatan untuk melawan Vietnam Utara yang berhaluan komunis dan disokong Republik Rakyat China. Sebanyak 500 ribu serdadu Yankees diterjunkan di sana.
Banyak pihak berpendapat, Amerika telah takluk dalam perang itu dengan lebih dari 50 ribu serdadu mereka tewas. Pada 1976, Vietnam bersatu dan menjadi negara komunis

A.    Dampak Runtuhnya Vietnam Selatan

-          Dampak positif

§  Meningkatnya jumlah imigran
Sebelum tahun 1975, hanya ada beberapa ribu warga Vietnam yang tinggal di Amerika. Kebanyakan dari warga tersebut adalah pasangan legal dari warga negara Amerika sendiri, personel militer yang bertugas di Vietnam Selatan dan pelajar atau anggota dari lembaga diplomatik Vietnam.
Setelah 30 April 1975, jumlah imigran Vietnam di Amerika meningkat secara signifikan hingga 150% pada sekitar tahun 80 dan 90an. Berdasarkan dari jumlah perhitungan statistik lokal milik negara Amerika, warga Vietnam yang berada di Amerika berjumlah 1,5 juta orang, masih di bawah Cina yaitu 2,4 juta orang, Filipina sebanyak 1,8 juta orang, dan India 1,6 juta orang. Namun berada di atas Korea, yaitu 1 juta orang.
Hal ini secara tidak langsung membuat warga Vietnam Amerika menjadi grup minoritas terbesar no 4 yang ada di Amerika Serikat. Kebanyakan dari warga tersebut menduduki wilayah California, Texas, Louisiana dan Maryland.
§  Keberanian untuk mendapatkan kebebasan
Warga Vietnam Amerika awalnya pergi dari tanah kelahiran mereka setelah pihak komunis Vietnam utama menyerang Vietnam Selatan di tahun 1975. Artinya, eksodus besar-besaran terjadi dengan cara mengarungi lautan di kapal-kapal kecil atau berjalan melewati tempat peperangan di Cambodia dan Laos pada tahun 1978 sampai 1995. Mereka juga berdatangan di Amerika melalui program pemerintah Amerika sebagai solusi dari banyaknya warga Vietnam yang mati di lautan atau hutan-hutan Kambodia, Laos atau Thailand. Banyak warga vietnam yang bertekad untuk mencari kebebasan dari semua agenda politik.
Banyaknya data mengenai perjuangan dan pengorbanan warga Vietnam untuk terus melanjutkan hidup dengan kebebasan dari agenda politik menjadi salah satu karakter mereka. Bagaimana tidak, mereka harus keluar dari kampung halaman mereka sendiri untuk menyelamatkan diri. Sebanyak 150.000 warga Vietnam diterbangkan menuju Amerika dengan ijin dari Kedutaan Amerika. Selain itu, 150.000 warga Vietnam lain melarikan diri menggunakan kapal diantara tahun 1975 hingga 1978.
§  Kontribusi
Kontribusi warga Vietnam-Amerika pada negara Amerika tidak hanya ada satu atau dua orang. Sama seperti imigran lain, warga Vietnam Amerika telah melalui masa-masa penderitaan dan memulai melanjutkan hidup dengan budaya dan etika kerja untuk beradaptasi dan mencapai “American Dream”. Hingga saat ini, cerita mengenai bagaimana warga negara Vietnam bertahan di Amerika dengan hambatan perbedaan bahasa dan budaya sudah tidak dapat dihitung banyaknya.
Meskipun sampai saat ini, warga Vietnam-Amerika masih terus berjuang untuk berintegrasi dengan masyarakat lokal Amerika, cerita mengenai warga Vietnam yang berkontribusi untuk Amerika sudah bisa tercium harum namanya

-          Dampak Negatif

§  Komunis Semakin Berkembang

Salah satu dampak yang paling terasa  adalah berkembangnya Komunisme di berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Laos, Kamboja, dan juga mewabah sampai ke Indonesia. Bisa dibilang, salah satu penyeb terbentuknya pembentukan PKI dari sejarah terbentuknya PKI adalah kemenangan Vietnam Utara atas Vietnam Selatan yang kala itu juga dibantu oleh Amerika Serikat, mereka semakin git untuk menyebarkan ideologi komunis mereka ke negara-negara tetangganya. Sampai-sampai pemerintah saat oitu mendirikan mendirikan sebuah negara boneka yang diberi nama Republik Rakyat Kampuchea, yang memiliki fungsi khusus sebagai wadah untuk memfasilitasi para penebar agama komunis.

Tentu saja, dengan berdirinya sistem pemerintahan ini, datanglah pihak-pihak yang bertentanga dengan hal tersebut, dan akhirnya menjadi suatu penyebab pelanggaran HAM Vertikal dan juga penyebab konflik horizontal bagi masyarakat Vietnam sendiri. Vietkong melawan masyarakat yang merasa tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Namun sebelum hal itu terjadi , Laos sudah memasuki era komunisme. Hal itu sudah ditebak terlebih dahulu dengn efek domino yang pasti terjadi. Efek domino menjelaskan kepada kita bahwa apabila suatu wilayah berhasil dikuasai oleh suatu ideologi, maka wilayah-wilayah lainnya juga akan merasakan hal yang sama satu persatu dan dalam waktu yang berurutan

§  Dibentuknya Gerakan Penghambat Komunisme

Walaupun ini bukanlah salah satu dampak seperti yang telah terjadi pada dampak negatif Perang Dingin, namun perkembangan komunism di wilayah Asia Tenggara bisa dibilang mengkhawatirkan, terlebih lagi mayoritas masyakarat kala itu masih berada pada kondisi ekonomi yang tergolong bawah, yang sangat mudah menjadi sasaran  komunis selanjutnya. Oleh karena itu, sebagian masyarakat Vietnam khawatir akan itu, dan meyakinkan diri mereka untuk tidak setuju dengan pemerintahan yang tiba-tiba dibentuk. Hal itu merupakan kesempatan emas bagi negara-negara anti komunis seperti Indonesia untuk memberikan dukungan kepada mereka

§  Terjadinya Pertempuran di Kamboja

Lalu, dari perbedaan ideologi tersebut, timbullah salah satu penyebab konflik antar agama yang memberikan dampak konflik agama yaitu adanya peperangan antar saudara di Vietnam yang terjadi pada negara Kamboja. Pada peperangan ini, yang paling disorot sebagai salah satu pemicu terjadinya perang ini adalah Pasukan Khmer Merah, yang melanjutkan perjuangan perluasan komunis pada area Kamboja.
Perjuangan mereka dihambat oleh Pemerintahan Kamboja sendiri yang saat itu diback up oleh negara China, dan pihak Vietnam yang dibantu oleh negara komunis terbesar di dunia kala itu, Uni Soviet. Perang tersebut pun tidak bisa dihindarkan, dan terjadi kira-kira pada sekitar tahun 1977 sampai dengan 1979.


DAFTAR PUSTAKA

            .2018. Duta Besar Amerika Untuk Vietnam https://id.wikipedia.org
            .2018. Dampak Runtuhnya Vietnam selatan https://hukamnas.com
______.2015. Contoh Makalah Mahasiswa Yang Benar Beserta Pedoman http://ciputrauceo.net
______.2018. Tokoh Tokoh Yang Terlibat Konflik Vietnam Selatan https://brainly.co.id
______.2018. Sejarah Kelas 12 Latar Belakang Runtuhnya Vietnam selatan
https://blog.ruangguru.com
______.2018. Perang Vietnam Selatan https://id.wikipedia.org
______.2014. Keterlibatan Amerika Serikat Dengan Vietnam Selatan https://narasiharibaru.wordpress.com
______.2018. Perang Vietnam Berakhir https://www.liputan6.com



_________________________________________________________________________________

NAMA PENYUSUN

- Muhammad Iqbal
- Elsa Rahmadia

NAMA GURU PENDAMPING
- Lina Muryani S.Pd


Comments